Senin, 05 Oktober 2015

Jawaban dan Harapan

Aku menunggumu memberi jawaban atas pertanyaanku barusan: apa arti semua ini? Kebaikanmu, perhatianmu, senyummu...
"Kita udah dewasa, kamu pasti paham maksudku,"
"Supaya gak salah paham,"
"Aku mau kita balikan kaya dulu,"
"Dulu... yang mana?"
"Ah, kamu pura-pura," jawaban disertai senyum penutup ketegangan di wajahmu yang tampan.
Balikan seperti dulu... Sebagai kakak-adik kelas? Kakak-adik anggap? Atau... ya, tentu saja sebagai sepasang kekasih yang kandas... Jika pilihan terakhir adalah jawabanmu...
Tahukah kamu?
Rasanya gemuruh di dada ini ingin segera membuncah. Air mata haru ini pun seolah ingin tumpah ruah.
Dan tahukah kamu?
Aku ingin kamu diam, lalu mendengar semua yang ingin aku ungkapkan...
Kenapa baru sekarang? Ke mana kamu selama ini? Kenapa kamu memintaku kembali?

Tahukah kamu?
Andaikan ini adalah kisah dongeng, maka kamu adalah sosok pangeran berkuda putih yang aku idamkan sejak dahulu. Bahkan kamu adalah sosok menantu idaman dan kebanggaan kedua orang tuaku.
Tapi kenapa saat itu kamu pergi dan mengakhiri kita?
Kamu pusing. Kamu lelah dan penat dengan segala rutinitas kuliah dan kerjamu. Banyak tugas. Banyak kewajiban kantor. Sedangkan aku banyak bicara. Mengeluh. Manja.
Baiklah. Kamu marah padaku saat itu.
Tahukah kamu?
Aku pikir di masa depan nanti, kita, misalkan menjadi sepasang suami-istri, akan ada lebih banyak dan lebih besar masalah melanda. Lalu kenapa kamu mudah marah? Kemudian mudah memutuskan untuk pisah??

Tahukah kamu?
Aku pikir jika kamu marah, kamu bisa menghubungi aku lagi keesokan harinya. Meminta maaf atas khilafmu. Meminta kita tetap bersama dan kembali memperbaiki semuanya, bersama.
Tidakkah malam itu aku tawarkan pilihan untuk tetap bersama dan memperbaiki apa yang salah? Komunikasi? Pertemuan yang jarang? Sikap yang kurang pas? Bukankah kita bisa perbaiki semuanya dengan bicara baik-baik? Bukankah kamu bisa katakan saja apa yang harus aku perbaiki. Apa yang harus aku lakukan agar semua baik-baik saja. Tapi kamu mengatakan bahwa semua ini 'cukup sampai di sini saja'.

Tahukah kamu?
Aku menunggu sapaanmu. Aku menunggu kamu bicara padaku. Aku janji aku akan mejadi lebih baik. Aku tidak akan manja lagi padamu. Aku akan lebih pengertian jika kamu lelah dan penat. Aku akan mejadi wanita yang baik, penyayang dan dewasa. Aku akan memperhatikanmu sebaik mungkin dan tidak akan lagi menyusahkanmu. Sungguh. Aku hanya butuh kesempatan untuk belajar, dan aku harap kamu orang yang bersedia menerimaku dan menuntunku untuk menjadi semua itu. Aku butuh kesabaranmu, kedewasaanmu, dan dampinganmu untuk menjadi seperti yang kamu mau... Minimal, aku butuh kesediaanmu untuk menerimaku apa adanya sambil aku belajar... Sungguh, aku mau belajar!
Tapi kamu diam, tidak ada sapaan dan pembicaraan. Sungguh 'sampai di sini saja' kah?
Kamu marah? Apakah aku telah berbuat kesalahan fatal yang tak termaafkan bagimu? Atau... kamu tidak sungguh-sungguh ingin bersamaku???? Sunguh aku akan berubah jika kamu beri kesempatan. Sungguh!

Tahukah kamu?
Kamu laki-laki yang baik. Kamu sekarang juga sudah menjadi laki-laki yang selain (tetap) tampan, juga mapan, berpenghasilan baik, dan memiliki pekerjaan yang bai. Kamu sekarag menjadi seseorang yang memiliki banyak hal. Kamu bisa memiliki wanita manapun sesuai keinginanmu, karena wanita manapun juga akan bodoh jika menolakmu! Mereka pasti mau denganmu. Bahkan aku pun mau denganmu saat kamu belum menjadi siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa. Aku mau.
Jika dulu saat sekolah, teman-teman sebaya berpacaran, bepergian dengan motor orang tua si laki-laki, makan, nonton, apapun itu... Aku mau bepergian denganmu naik angkutan umum. Cukup berangkat dan pulang sekolah bersama juga tak apa. Tak usahlah makan di sana sini atau nonton film ini itu. Belajar bersamamu saja... aku mau dan senang hati melakukannya.
Itu dulu, saat kamu belum menjadi siapa-siapa dan belum memiliki apa-apa.
Sekarang?
Sungguh tak ada alasan apapun dari dirimu untuk ditolak. Kamu sungguh tidak layak untuk ditolak. Karena kamu adalah sosok lelaki idaman, tentu saja.


Tahukah kamu?
Sekarang aku sudah lebih dewasa (daripada sebelumnya), aku sudah tak semanja dulu, aku sudah tahu bagaimana cara memberikan sayang dan perhatian dengan baik saat kamu lelah atau penat. Aku bisa membawamu untuk saling mengingatkan pada kebaikan. Aku bisa bersamamu merangkai mimpi-mimpi yang belum tercapai. Sungguh, aku sudah belajar dan aku lebih baik sekarang!!
Dan mungkin kamu pun telah belajar menjadi lebih baik hingga kamu bisa berkata... bahwa aku boleh curhat dan bercerita tentang apapun padamu.
Tahukah kamu apa yang ada dalam pikiranku?
Sebelumnya aku pun hendak bercerita padamu (tentang keluhan dan kesedihanku menghadapi masalah-masalahku), tapi kamu pergi... Lalu apakah aku bisa mempercayaimu lagi untuk kali ini??
Dan setelah aku sekarang menjadi lebih baik, penantianku telah usang. Aku telah memaki diriku sendiri agar sadar... bahwa sang pangeran telah pergi dan tidak akan datang lagi, Wahai gadis pemimpi!!!

Dan saat kamu berkata bahwa kamu ingin 'balikan'....
Tahukah kamu??
Rasanya semua mimpi yang pernah aku rangkai tentang kita di masa depan, terentang di depan mata. Sejauh pikiran memandang hanya hamparan jalan menuju impian itu, bersama.
Rasanya aku menggali lagi bangkai impian itu dari palung pemakaman.. mengais sisanya yang belum lapuk termakan waktu.

Tapi aku sadar, dan kamu harus tahu..
Seorang laki-laki telah menyatakan keinginannya untuk memiliki aku. Dia telah berucap sungguh-sungguh ingin bersamaku. Selama ini, dia pun berusaha menunjukkan niatnya padaku, kesungguhannya, dan tekadnya itu. Dia laki-laki yang baik. Bahkan terlalu baik untuk disakiti. 
aku paham bahwa jodoh tidak ada yang tahu. Entahlah esok keadaan kita, perasaan kita, hati kita, atau di mana kita. Semua bisa berubah, seperti kita pun berubah. Jika kita tidak berubah, keadaan yang berbeda. tidak ada yang pasti. Tapi untuk saat ini, tidak mungkin dan tidak ingin aku menyakiti dia maupun kamu. Untuk semua itu, aku harap kamu mengerti, bahwa kita tak mungkin bersama lagi....

Mungkin kamu akan terhempas. Menunduk dalam sesal, atau teraenyum mencoba tegar, atau tidak semuanya...

Sedangkan aku baru saja mengatur napas untuk mengungkap semuanya.....

Dan ketika selesai, tanpa aku sadari, aku telah menghabiskan berlembar tissue untuk linangan air mata yang seharusnya tidak mengalir. Dan kulihat wajahmu yang memerah. Entah malu, marah, kecewa rasa hatimu...

"Ya aku tahu diri. Aku minta maaf untuk semua kesalahanku yang lalu. Aku juga belum siap dan mapan. Mungkin dia lebih siap daripada aku..."

Ya Tuhan!
Aku sungguh ingin kamu tahu juga. Bukan harta dan kekayaan yang aku cari! Jika aku wanita seperti itu, niscaya aku telah menerima pinangan seorang laki-laki yang jauh dan jauh lebih mapan darimu. Jauh lebih dewasa juga, dan jauh lebih sungguh-sungguh daripada kamu. Tapi apa daya... aku menginginkan seorang laki-laki yang aku kenali, mempersiapkan semuanya bersama dari nol. Kupikir orang itu kamu.

Bukan.

Dan sebelum semuanya selesai,
Kamu buru-butu berpamitan, seolah ingin segera lenyap dari hadapanku.

"Baiklah, aku terima keputusanmu, dan semoga kamu bahagia bersamanya..."  katamu lesu...

"Aamiin..."

Insya Allaah, aku akan bahagia bersama dia yang sungguh-sungguh. Karena... Kesungguhan, komitmen, dan ketegasan tidak mudah didapatkan. Aku pernah disia-siakan bersama semua itu. Sakit. Maka aku tidak akan menyia-nyiakannya. Tidak akan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar