Selasa, 17 Maret 2015

Sang Angin: Berhembus di Perpustakaan

Aku masih mencuri-curi pandang pada Mas Bimo, yang tampak begitu sibuk dan serius dengan korannya. Sementara aku di sini masih berpura-pura sibuk mencari buku bacaan. Aku akhirnya mengambil buku fisika, karena kupikir mungkin sebaiknya aku membaca bagian materi yang sekarang sedang diajar Bu Laini di kelas. Meskipun, semalam aku pun sudah membacanya di rumah. Aku baru saja akan berjalan dan duduk kembali, saat Bu Erni masuk dengan senyumnya yang sumringah. Aku mengurungkan niatku dan mengembalikan buku fisika itu ke rak buku-buku mata pelajaran. Mas Bimo juga mendongak, lalu melipat koran di tangannya, dan meletakkan koran itu di meja. Bu Erni memandang kamu berdua, lalu aku segera duduk di sebelah Mas Bimo.

"Bimo, Ratih,"
"Iya, Bu,"
"Maaf memanggil kalian keluar kelas pelajaran. Oke, langsung saja yah. Ada lomba mata pelajaran tingkat kabupaten. Ibu sebagai guru Biologi harus memilih perwakilan dari sekolah kita. Nah, Ibu mau kalian berdua belajar dan mempersiapkan diri untuk lomba itu. Nanti Ratih belajar saja sama Mas Bimo mengenai materi Biologi kelas 2. Bimo, nanti ajarin Ratih, ya?!"

Aku dan Mas Bimo terdiam. Lebih tepatnya, aku terkejut. Aku?! Mengapa aku?! Bukankah aku masih kelas 1 ??! Mas Bimo kulihat juga gugup. Tapi dia berusaha tetap tenang. Bu Erni tersenyum memahami keterkejutan kami.

"Nggak papa, kan bisa belajar dulu. Kebetulan untuk yang Fisika, ada Nurul temen sekelas kamu, Bimo. Yang Matematika juga dari teman sekelas kamu, si Didik. Jadi nanti Ratih pokoknya belajar saja dulu sama Mas Bimo, ya. Ibu soalnya senang melihat buku catatan biologi kamu tempo hari. Ternyata kamu rajin merangkum, bahkan sampai bab yang belum diajarkan di kelas. Jadi Ibu percaya, Ratih bisa belajar lebih jauh."

Aku teringat saat minggu lalu Bu Erni selesai mencatat di papan tulis depan kelas, beliau berjalan berkeliling di antara bangku-bangku siswa, lalu beliau berhenti di sebelah mejaku dan Yanti. Beliau memperhatikan buku catatanku, lalu memintanya. Beliau membuka-buka buku catatanku, dan membacanya sambil tersenyum. Aku dan Yanti hanya bertatapan bingung.

"Bagaimana, Ratih?"
Pertanyaan Bu Erni mengagetkanku lagi.
"Oh, iya Bu,"
Tampaknya beliau mengerti bahwa aku gugup.
"Sudah, nggak papa. Pokoknya kamu belajar aja bareng Mas Bimo, yah? Jadi untuk seminggu ini, kalian nggak usah ikut pelajaran. Setelah bel masuk, kalian ke perpustakaan saja. Kalian pelajari materi-materi kelas 1 dan 2. Nanti Ibu atau guru Bilologi lainnya juga datang membantu. Bimo nanti bantu Ratih juga ya?"
Mas Bimo mengangguk sopan.
"Ya sudah kalau begitu. Kalian boleh kembali ke kelas masing-masing, terima kasih ya,"
"Sama-sama, Bu."
Aku dan Mas Bimo menjawab bersamaan dengan senyum seramah senyum Bu Erni.

Iya, aku merasa ada kesejukan lain yang menyelinap ke dalam hati. Jadi, mulai besok, aku akan menghabiskan sepanjang hari bersama Mas Bimo di perpustakaan? Seharian! Aku akan membaca dan menanyakan apapun yang aku mau tahu darinya. Aku akan mendengar dengan seksama semua penjelasan darinya, aku akan menatap dia saat menerangkan padaku apa yang aku belum paham. Aku akan memperhatikannya saat dia membaca dengan serius, entah untuk mencari jawaban atas kebingunganku, atau kebingungannya sendiri. Pokoknya, aku akan belajar banyak karenanya, olehnya, dan... Bersamanya.


"Ra, ayo balik ke kelas," ajaknya padaku yang sempat terpaku.
"Iya, Mas,"

Aku kembali berjalan beriringan kembali ke kelas. Kami sama-sama tidak menyangka akan penunjukkan ini. Dia juga sibuk mengucapkan kata-kata untuk merendah, sedangkan aku baru sadar, bahwa ini adalah hal yang tidak biasa. Aku akan menjadi perwakilan sekolah untuk sebuah lomba! Entah bagaimana, rasa bangga itu bercampur aduk dengan rasa senangku karena akan belajar bersama Mas Bimo, menghasilkan tekad yang kuat dalam diriku. Di sela-sela celoteh merendahnya, aku juga mengatakan kejujuranku bahwa aku sendiri benar-benar belum mengerti apa-apa tentang materi kelas 2.

Aku benar-benar masih buta dengan materi kelas 2. Materi kelas 1 juga belum aku kuasai semuanya. Aku harus banyak membaca, berlatih, dan bertanya. Aku harus mengejar materi, paling tidak aku membaca sampai materi Biologi kelas 2 yang sekarang sedang dipelajari Mas Bimo. Aku bersemangat. Di tikungan lorong saat aku harus berpisah dengannya, aku aku beranikan diri mengatakan sesuatu.

"Ajari aku ya, Mas, hehehe,"
"Iya, kita belajar sama-sama aja deh, Ra, hehehe,"

Kemudian dia berlalu, kembali ke kelasnya. Aku pun berjalan ke kelasku. Senyum senang, tapi hati berdebar karena tegang. Tapi aku sadari, bahwa hanya akan ada satu orang saja yang menjadi perwakilan. Iya, hanya satu. Entah bagaimana, walaupun aku masih kelas 1, keinginan untuk mengalahkan Mas Bimo muncul dalam hati. Ah, tapi bagaimana bisa? Langkahku melambat seiring pikiran itu muncul dan menguasai konsentetariku. Ah, apapun itu, aku akan tetap belajar. Jika Mas Bimo yang terpilih, itu wajar. Jika aku yang terpilih, maka hal yang tidak biasa ini akan menjadi luar biasa. Hal yang terpenting adalah aku belajar dan berusaha... Bersamanya!!
Maka aku kembali tersenyum dan melangkah cepat menuju kelas karena mulai besok, saat aku belajar bersamanya, akan kurasakan angin sejuk persawahan yang berhembus di perpustakaan. Angin lembut yang mengayunku dalam khayalan dan harapan... ^ ^


credit gambar: Kuch Kuch Hota Hai "Tina"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar